Rabu, 11 Juli 2012

RESENSI BUKU RAGAM DAN ANALISIS KALIMAT

RESENSI BUKU RAGAM DAN ANALISIS KALIMAT Nama : Fitria Nurkholis Nim : A 310080234 Judul : Ragam dan Analisis Kalimat Bahasa Indonesia Penulis : Prof. Dr. Markhamah, M. Hum Cetakan pertama : Pebruari 2009 Penerbit : Muhammadiyah University Press Kota Terbit : Surakarta Tebal Buku : 184 halaman Resensi Buku Pada buku ini dideskripsikan pengertian kalimat. Pengertian kalimat ada berbagai macam. Dalam berbagai buku sintaksis yang sangat beragam. Berbagai pengertian yang beragam tidak dapat dikelompokan, yakni: pengertian kalimat yang mempertimbangkan makna, pengertian kalimat yang tidak mempertimbangkan makna, pengertian kalimat yang ada dalam tatabahasa baku. Ketiga kelompok definisi itu menunjukan adanya komponen yang berbeda-beda. Harapan pembaca dapat memahami perbedaan komponen-komponen itu pembaca akhirnya terampil mengidentifikasi dan menentukan satuan bahasa yang disebut kalimat dan bukan kalimat. Pembaca juga harus memahami dan dapat mengidentifikasi unsur-unsur kalimat. Oleh karena itu pada buku ini juga dibahas mengenai unsure-unsur kalimat, yang terdiri atas unsure segmental dan supra segmental. Pada unsure segmental dikaji mengenai unsure inti dan bukan inti, sedangkan komponen suprasegmental yang dibicarakan adalah jeda, aksen, tempo dan nada. Hal itu di tuangkan dalam bab II. Jadi bab II, yang berjudul pengertian dalam unsure kalimat berisi pengertian sintaksis, ruang lingkup sintaksis, pengertian kalimat, pengenalan kalimat, dan unsur-unsur kalimat. Kelebihan : Isi buku sudah lengkap sehingga tidak memerlukan buku referensi yang lain lagi dan sangat cocok untuk di baca khususnya bagi para mahasiswa. Buku ini juga memberikan banyak ilmu pengetahuan baru yang mungkin selama ini sering kita dilupakan . Penjelasan yang diberikan pada buku ini cukup jelas dan mudah untuk dipahami maknanya. Penulisannya juga sudah sistematis sehingga tidak membingungkan pembaca. Dalam penulisan buku sudah teratur dan cukup jelas. Kelemahan Adapun kelemahan dari buku ini adalah masih adanya beberapa kata yang dalam penulisannya kurang tepat dan tidak baku. Selain itu, banyak contoh yang masih membingungkan bagi pembaca.

RESENSI RAGAM DAN ANALISIS KALIMAT

RESENSI RAGAM DAN ANALISIS KALIMAT Disusun Guna Memenuhi Tugas Pengganti Ujian Akhir Mata Kuliah Membaca Komprehensif Pengampu : M. Fakhrur Saifudin, Mpd Disusun Oleh Fitria Nurkholis A310 080 234 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA DAN SASTRA DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012 RAGAM DAN ANALISIS KALIMAT BAHASA INDONESIA Penulis: Prof. Dr. Markhamah, M. Hum Cetakan pertama: Pebruari 2009 Desain sampul & layout: Andi W Hak terbit pada Muhammadiyah Surakarta Jumlah halaman 184 PENGERTIAN DAN UNSUR KALIMAT 1. Pengertian Sintaksis Kata sintaksis berasal dari bahasa yunani sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘memempatkan’ bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat dan kelompok-kelompok kata menjadi kalimat’ (Verhaar, 1977). Sintaksis merupaakan cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk-beluk kata dan morfem (ramlan, 1987). Dari pengertian itu dapat diketahui bahwa bidang garapan sintaksis tidak hanya terdiri atas kalimat, klausa dan frase, tetapi juga wacana. 2. Pengertian Kalimat a. Pengertian Kalimat yang Mempertimbangkan Maknanya Kalimat ialah satuan kumpulan kata yang terkecil yang mengandung pikiran yang lengkap. Batasan ini disampaikan oleh Sutan takdir Alisyahbana pada buku Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1949, sedangkan batasan yang dikutip di atas sambil dari terbitan yang ke empat puluh empat (1983). b. Pengertian Kalimat yang Tidak Mempertimbangkan Maknanya Kalimat adalah keseluruhan pemakaian kata yang berlagu disusun menurut sistem bahasa yang bersangkutan (Slamet Mulyana, 1956). Pada batasan kalimat ini tidak ditentukan berapa jumlah kata dalam satu kalimat. Dikatakan oleh Slamet Mulyana (1956) bahwa kalimat mungkin hanya satu kata, mungkin lebih. Batasan ini tidak memperhatikan tentang makna kalimat. 3. Unsur-unsur Kalimat a. Unsur Segmental Selanjutnya berdasarkan bentuknya kalimat dapat dirinci atas bagian-bagian yang membentuknya. Berdasarkan statusnya bagian-bagian (unsure-unsur) yang membentuk kalimat itu dapat dibedakan atas bagian (unsure) inti dan bukan inti (Mealiano (ed.), 1988). Bagian yang inti adalah bagian kalimat yang tidak dapat dihilangkan. Jika bagian inti itu dihilangkan identitas sebagai kalimat akan hilang. b. Unsur Suprasegmental Unsur suprasegmental dalam kalimat adalah lagu kalimat atau intonasi kalimat. Keraf (1980) mengatakan bahwa jika kita memperhatikan tutur bicara seorang secara cermat, ternyata yang arus ujarnya yang sampai ketelinga kita terdengar seperti berombak-ombak. Karena, ada bagian dari ujarnya itu yang tidak sama nyaringnya. Ada bagian yang diucapkan dengan keras, ada yang di ucapkan dengan lembut, ada yang di ucapkan dengan arus ujaran yang tinggi, dan ada juga di ucapkan dengan arus ujaran rendah. RAGAM KALIMAT Ragam kalimat menurut Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dibagi atas dua dasar, yaitu berdasarkan bentuk dan berdasarkan makna. Berdasarkan bentuknya, kalimat dibedakan menjadi dua macam, yakni kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berdasarkan maknanya, kalimat dibagi atas lima kalimat. Kelima kalimat itu adalah kalimat berita, kalimat perintah, kalimat Tanya, kalimat seru, dan kalimat emfatik. Ragam kalimat yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah ragam kalimat berdasarkan makna. a. Kalimat Berita Kalimat berita adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca atau pendengar. Dilihat dari segi bentuknya, kalimat ini ada yang berbentuk inverse, ada yang bersusun biasa, ada yang berupa kalimat aktif, ada juga yang berwujud kalimat pasif. Inti dari kalimat berita yang juga disebut kalimat deklaratif adalah memberitahukan sesuatu kepada pendengar atau pembaca. Contoh kalimat berita: 1) Hari ini cuaca agak mendung. 2) Dia membawa kabur bukuku. Dua kalimat di atas termasuk kalimat berita karena bersifat memberitahukan. Kalimat pertama memberitahukan bahwa hari ini cuaca mendung, padahal mendung itu belum tentu akan terjadinya hujan. Pada kalimat kedua memberitahukan bahwa bukunya di bawa kabur orang. b. Kalimat Perintah Kalimat perintah juga disebut sebagai kalimat imperatif. Kaliamat perintah adalah kalimat yang isinya memberikan perintah kepada pembaca atau pendengar untuk melakukan sesuatu. Kalimat perintah dalam bentuk tulis dapat ditandai dengan tanda seru atau tanda titik, sedangkan dalam bahasa lisan diakhiri denagan nada agak tinggi atau naik. Contoh kalimat perintah: 1) Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. 2) Janganlah brjalan di bumi dengan angkuh. Dua kalimat di atas termasuk kalimat perintah. Pada kalimat peratama yang terdapat pada awal kalimat terdapat kalimat perintah bersyukurlah. Penambahan partikel –lah pada predikat yang berupa verba merupakan salah satu cara pembentukan kalimat perintah. Kalimat tersebut mengharapkan tanggapan lebih lanjut berupa tindakan. Pada kalimat kedua ditunjukkan dengan adanya kata janganlah yang bertujuan melarang. Kalimat ini membutuhkan tanggapan lebih lanjut berupa tindakan. c. Kalimat Tanya Kalimat Tanya adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang kepada pendengar atau pembaca. Kalimat ini sering disebut kalimat interogatif. Pembentukan kalimat tanya dapat dilakukan dengan lima macam cara, yaitu: (1) manambahkan kata tanya apa atau apakah, (2) membalikkan urutan kata, (3) memakai kata bukan atau tidak, (4) mengubah intonasi kalimat, dan (5) memakai kata tanya. Contoh kalimat tanya: 1) Apakah dia sedang mengadakan penelitian? 2) Apakah direkturnya pergi setelah ada permasalahan itu? Kedua kalimat di atas termasuk kalimat tanya, karena diakhiri dengan tanda tanya. Kalimat ini menggunakan kata apakah pada awal kalimat yang berfungsi untuk menanyakan suatu. Selain itu, kalimat tersebut tidak mengandung kata-kata perintah, ajakan larangan dan tidak diakhiri dengan tanda seruyang merupakan salah satu ciri kalimat perintah. d. Kalimat Seru Kalimat seru sering disebut kalimat interjektif. Kalimat ini mengungkapkan perasaan kagum. Kalimat seru dibentuk dari kalimat berita yang predikatnya ajektiva. Cara membentuk kalimat seru dari kalimat berita adalah sebagai berikut : (1) membalikkan urutan SP menjadi PS, (2) menambahkan partikel-nya pada P yang telah berada pada awal kalimat, (3) menambahkan kata seru seperti alangkah atau bukan main di depan P. Contoh kalimat seru: 1) Alangkah lemah lembutnya penyanyi itu. 2) Bukan main cerahnya cuaca hari ini. Kedua kalimat di atas termasuk kalimat seru. Hal tersebut dikarenakan terdapat pada kata alangkah dan kata bukan main pada kalimat pertama dan kedua yang menunjukan ungkapan rasa kagum. e. Kalimat Emfatik Kalimat emfatik adalah kalimat yang memberikan penegasan khusus. Penegasan dalam kalimat ini dapat dilakukan dengan menambahkan partikel-lah pada S dan menambahkan kata yang di belakang S. Adanya penegasan tersebut menjadikan makna kalimat berbeda dengan kalimat berita yang tidak mendapat penekanan. Penegasan itu sekaligus mempertentangkan satu hal dengan hal lain. Contoh kalimat emfatik: 1) Penyanyi itulah yang lemah lembut. 2) Cuaca hari inilah yang cerah. Kedua kalimat di atas termasuk kalimat emfatik. Hal tersebut dikarenakan terdapat penekanan dalam kalimat yang berupa penegasan. Penegasan tersebut ditunjukkan dengan penambahan partikel –lah pada kata itulah dan inilah yang terdapat pada kalimat pertama dan kedua. ANALISIS KALIMAT Struktur Fungsional Kalimat Struktur fungsional kalimat adalah susunan bangun kalimat yang terdiri atas unsur-unsur kalimat yang memiliki/menduduki suatu fungsi dalam suatu kalimat. Teori bahasa (linguistik) mengenal adanya beberapa fungsi dalam kalimat. Fungsi-fungsi tersebut adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. a. Subjek Subjek adalah unsur kalimat atau klausa yang dijelaskan oleh unsur lain dalam kalimat yang bersangkutan. Subjek merupakan unsur yang dalam konstruksi tertentu, misalnya dalam konstruksi nonkontekstual, harus hadir secara eksplisit, tetapi pada konstruksi lain, misalnya pada konstruksi kontekstual, bisa implisit. Subjek biasanya terletak pada awal kalimat atau di depan predikat, tetapi bisa juga di belakang predikat atau dibelakang objek. Dalam konstruksi tertentu, letak subjek dapat dipertukarkan dengan predikat dan bila dipertukarkan dengan predikat tidak mengacaukan makna struktur kalimat. Selain itu, subjek bisa juga terletak di belakang keterangan, di depan predikat apabila kalimat yang bersangkutan berketerangan. b. Predikat Predikat adalah fungtor yang member penjelasan. Predikat merupakan bentukan yang menggambarkan proses, perbuatan, atau pengalaman, beradanya dalam suatu situasi, peralihan dari keadaan ke lain keadaan. Predikat adalah empat jenis kata : verbum, ajektif, substantif, pronominal dan lain-lain kata yang ekuivalen yang dibaca atau diucapkan dengan jeda di mukanya sebagai penjelasan kepada perkataan yang mendahuluinya. Soetarno mengungkapkan bahwa predikat bersama-sama dengan subjek merupakan sendi kalimat. Predikat adalah unsur yang menjadi penjelas, yaitu penjelasan mengenai pokok tuturan. Predikat merupakan unsur yang bisa dipertukarkan letaknya dengan subjek. c. Objek Menurut Kridalaksana objek adalah nomina atau sekelompok nomina yang melengkapi verba-verba tertentu dalam klausa. Woyowasito berpendapat bahwa objek dapat dibagi atas objek penderita dan objek penyerta. Objek penderita adalah fungtor tempat menyebut substantif atau ekuivalennya yang mengalami proses atau terkena akibat proses yang disebut di dalam predikat. Objek penderita atau disebut juga objek langsung dapat diubah menjadi subjek pada konstruksi pasif. Objek penyerta adalah fungtor yang menyebut substasif atau ekuivalennya yang ikut mengambil bagian dalam proses yang disebut dalam predikat, yaitu yang amat berkepentingan terhadap peristiwa atau kejadian tersebut, tanpa berfungsi sebagai subjek atau objek penderita. Objek penyerta dapat didampingi oleh kata untuk atau kepada. Objek adalah unsur kalimat yang memiliki ketegaran letak. Objek hanya berada langsung di belakang predikat. Tidak dapat dipindahkan ke depan predikat, ke depan subjek, ke belakang keterangan atau ke tempat lain. Pemindahan objek ke tempat lain selain di belakang predikat akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Objek dan predikat memiliki hubungan yang sangat erat sehingga tidak dapat disisipi oleh kata lain. Jika di antara predikat dan objek dipaksakan untuk disisipi oleh kata lain maka akan menghasilkan kalimat yang tidak berterima. Kalimat yang dipaksakan tersebut akan sulit untuk dipahami. d. Pelengkap Pelengkap adalah kata atau frase yang merupakan bagian klausa atau kalimat yang wajib hadir bersamaan dengan fungsi predikat. Sebagai objek, pelengkap merupakan unsur yang melengkapi predikat. Keduanya sering menduduki tempat yang sama, yakni dibelakang verba sebagai predikat. Kridalaksana menyebutkan pelengkap atau komplemen adalah: (1) kata atau frase yang secara gramatikal melengkapi kata atau frase lain dengan menjadi subordinat padanya. Dalam arti luas, pelengkap ini mencakup objek langsung dan objek tak langsung. Dalam arti sempit, pelengkap hanya dipakai oleh ungkapan yang berfungsi untuk menyatakan keterangan waktu, tempat, cara, tujuan. (2) pelengkap adalah bagian dari frase verba yang diperlukan untuk membuatnya jadi predikat yang lengkap dalam klausa. e. Keterangan Keterangan dikatakan bukan unsur inti karena keterangan tidak harus selalu hadir dalam kalimat. Karena bukan merupakan bagian inti dari kalimat, keterangan boleh ada atau tidak ada dalam sebuah kalimat. Keterangan memilki fungsi memberikan penjelasan tambahan bagi unsur inti. Selain itu, keterangan tidak menunjukan adanya kekhasan intonasi karena intonasinya bergantung pada letaknya. Keterangan yang terletak pada awal kalimat, intonasinya berbeda dengan keterangan yang terdapat pada akhir kalimat tetapi perbedaan tersebut tidak terlalu menyolok.